Wednesday, April 20, 2011

BUDAYA KERIKAN / KEROKAN

BUDAYA KERIKAN/KEROKAN SEBAGAI OBAT MASUK ANGIN Cara ini sering digunakan oleh masyarakat kususnya di daerah pedesaan  sejak jaman nenek moyang. Makanya sampai sekarang kerikan atau kerokan masih diyakini masyarakat yang biasa menggunakan pengobatan alternatif untuk mengatasi penyakit masuk angin, walupun pengobatan medis sudah digunakan kalau belum dikerik rasanya penyakit belum hilang. Filosofi orang jawa kerikan atau kerokaan akan dapat mengeluarkan angin yang ada dalam tubuh melalui lubang atas ( menguap) dan lubah bawah ( kentut) setelah itu keringetan.. Metode kerokan niasnya dilakukan oleh pengguna dengan menggunakan alat koin yang dikerikkan ke tubuh dengan minyak angina taupun minyak tanah. Pengerikan dilakukan berulang-ulang ketubuh sehingga bagi orang yang sakit masuk angin akan kelihatan lebih jelas merah kehitaman dari pada orang yang sehat. Budaya ini sudah dilakukan berabad-abad oleh nenek moyang. Maka bukan suatu hal yang aneh masyarakat di pedesaan sampai sekarang masih banyak yang menggunaka budaya tersebut. Meskipun secara medis bertolak belakang. Fakta membuktikan masih banyak masyarakat melakukan pengobatan dengan kerikan termasuk diri penulis Contoh study kasus : Nama samaran mbah Karto, waktu itu sakit demam dan buang air besar, dibawa ke dokter dikasih obat dan diminum sesuai petunjuk. Selama 2 hari tetap tidak ada perubahan maka mbah Karto diam-diam minta dikerik sama anaknya, seketika itu pula setelah dikerik atau dikerok mbah Karto keringat keluar membasahi tubuhnya berangsur-angsur demam turun da buang air besar mampet. Berkat kerikan atau kerokan tersebut mbah Karto meyakini bahwa kerikan atau kerokan obat yang paling mujarab sejak dulu Dia lakukan. Menurut medis Pada proses kerokan, terjadi suatu reaksi inflamasi atau radang. Akibatnya terjadi pelebaran pembuluh darah dan pengeluaran mediator inflamasi. Aliran darah menjadi lancar jika dikerok atau dipijat sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi yang tersedia untuk jaringan otot. Zat-zat yang menyebabkan rasa pegal dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau dinetralkan. Selain itu, juga terjadi rangsangan pada keratinosit dan endotel (lapisan paling dalam pembuluh darah) yang akan bereaksi dengan munculnya propiomelanokortin (POMC). Zat ini merupakan polipeptida yang kemudian akan dipecah dengan hasil akhir salah satunya adalah beta endorfin. Pasca kerokan didapatkan peningkatan IL-1 beta, Clq, dan beta endorfin, sementara kadar C3 dan PGE2 justru turun. Penyebab rasa nyeri adalah PGE22 diturunkan maka nyeri akan berkurang. Hasil ini menyebabkan berkurangnya nyeri otot, badan terasa segar dan nyaman. Inflamasi yang ditimbulkan selain meredakan nyeri otot juga akan memicu reaksi kardiovaskuler. Tandanya adalah peningkatan temperatur tubuh secara ringan, antara 0,5-1oC. Makanya setelah dikerok, badan kita terasa lebih hangat. Kerokan menyebabkan rasa nyeri dan iritasi kulit Fakta: Kerokan yang dilakukan dengan benar tidak akan menyebabkan rasa sakit. Para ahli akupunktur berpendapat bahwa saat terjadi pemijatan, sebaiknya alat kerok melewati titik akupunktur agar urat saraf motorik terangsang, sehingga pada akhirnya memperlancar sirkulasi darah. Cara kerokan yang dianjurkan adalah tegak lurus sejajar dengan tulang belakang menyamping, lalu sejajar dengan bahu. Alat kerokan biasanya menggunakan uang logam, koin, atau alat bantu khusus kerokan. Alat-alat tersebut wajib tumpul supaya tidak melukai kulit. Lalu dibantu dengan minyak yang fungsinya selain menghangatkan juga untuk melicinkan proses kerokan, sehingga menghindari terjadinya kulit lecet. Cara mengerok juga tidak boleh terlalu keras karena akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan bisa melukai kulit. Semua orang boleh melakukan kerokan Fakta: Ndak semua orang boleh kerokan. Yang ndak boleh antara lain orang dengan kondisi kulit tidak sehat (misalnya eksim, kulit terbakar, jerawat, infeksi bakteri atau jamur). Kerokan pada daerah tersebut justru akan memperparah infeksi atau peradangan. Penderita diabetes mellitus juga sebaiknya menghindari kerokan. Alasannya, bila terjadi luka atau lecet, luka tersebut bisa menjadi sulit disembuhkan. Pasien yang mengkonsumsi antikoagulan atau memiliki gangguan pembekuan darah sebaiknya juga tidak melakukan kerokan. Pengerokan yang terlalu dalam dapat mengakibatkan perdarahan di bawah kulit. Kerokan juga sebaiknya tidak dilakukan pada anak kecil karena kulitnya masih tipis dan lunak, dan pembuluh darahnya lebih kecil.  Sehabis kerokan, dianjurkan untuk mandi Fakta: Hal ini tidak dianjurkan. Sehabis kerokan sebaiknya tidak mandi karena pori-pori kulit dalam kondisi terbuka. Lebih baik seka dengan lap basah yang dicelupkan pada air hangat lalu diperas. Badan akan terasa lebih nyaman jika Anda minum sesuatu yang hangat, makan sup hangat, dan memakai baju hangat/selimut. Kerokan boleh-boleh saja dilakukan bila Anda merasa tidak enak badan, namun jangan terlena, jika gejala tak juga mereda sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Dengan kerikan orang percaya sakit bisa sembuh, keyakinan sudah menanamkan kesembuhan 50 % dan tindakan kerikan proses penyembuhan. Begitu pula medis. Semua tergantung keyakinan masing-masing fakta membuktikan kerikan masih banyak dilakukan oleh masyarakat khususnya di daerah pedesaan.

0 komentar:

Post a Comment